Pengertian Dan Tujuan Unicef
Pengertian dan Tujuan Seminar Teknologi Pendidikan
pengertian seminar (pendidikan) sebagai mata kuliah. Di
dalam Webster’s Third New International Dictionary
(dalam Mohamad Nur, 1983:7-8). Di muat beberapa arti kata
seminar. Salah satu diantaranya berbunyi : a group
of advanced student studying a sub subject under a
professor, each doing some discussions. Jika diterjemahkan
secara bebas adalah sebagai berikut : sekelompok mahasiswa
tingkat lanjut yang mempelajari suatu subyek di
bawah bimbingan guru besar, setiap mahasiswa melakukan
peneli ... tujuan amata kuliah Seminar Bidang
Teknologi Pendidikan telah dipilihkan sebuah laporan seminar
sebagai bahan diskusi. Dari laporan seminar ini
diharapkan akan dapat dipetik beberapa pengalaman yang
berharga.Seminar tersebut menurut Muhamad Nur
(1983:1) berjudul ”Asean Expert Seminar on the Development
Of Science/Mathematics Conceps In Children”
yang berlangsung di Bangkok pada tahun 1972 dan diadakan
oleh UNESCO dan UNICEF. Seperti yang
tercantum pada Final Report, tujuan seminar i ... UNICEF.
Seperti yang tercantum pada Final Report, tujuan
seminar itu adalah seperti yang telah diterjemahkan berikut
ini. Saling memberikan andil pengetahuan (to share
knowledge) yang didapat dari usaha yang telah dilakukan di
dalam bidang pengembangan konsep sains dan
matematika didalam diri anak (3-11/12 tahun), dan
mengkaitkannya dengan pengembangan kurikulum dains dan
matematika. Melalui pertukaran pengalaman (exchange of
experience). Mengidentifikasi masalah-masalah
belajar yang dijump ...
Berbeda dengan mata kuliah Seminar Bidang Teknologi
Pendidikan maka seminar itu sendiri sesungguhnya
bukan lagi merupakan hal yang baru. Kita telah sering
mendengar dan bahkan telah sering pula mengikuti
berbagai macam seminar. Seminar Bidang Teknologi Pendidikan
tak lain artinya adalah seminar yang
bertemakan masalah-masalah aplikasi dalam
pendidikan.Sementara itu yang masih perlu diperjelas adalah
pengertian seminar (pendidikan) sebagai mata kuliah. Di
dalam Websterrsquos Third New International
Dictionary (dalam Mohamad Nur, 19837-8). Di muat beberapa
arti kata seminar. Salah satu diantaranya
berbunyi a group of advanced student studying a sub subject
under a professor, each doing some discussions.
Jika diterjemahkan secara bebas adalah sebagai berikut
sekelompok mahasiswa tingkat lanjut yang mempelajari
suatu subyek di bawah bimbingan guru besar, setiap mahasiswa
melakukan penelitian original, dan mahasiswa
itu seluruhnya saling bertukar hasil penelitiannya melalui
kuliah informal, laporan, dan diskusi. Dan menurut
W.J.S. Poerwadarminta (1978908), kata seminar adalah
pertemuan untuk menyelidiki dan membahas suatu di
bawah pimpinan guru besar atau orang ahli.Jadi jelaslah
bahwa disini kata seminar diartikan dalam kaitannya
dengan proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Penulis
sependapat bila arti seminar di atas diberlakukan
utuk mengartikan mata kuliah seminar, sehingga pengertian
mata kuliah Seminar Bidang Teknologi Pendidikan
tinggal menambahkan kata dalam bidang teknologi pendidikan
...
Read Article
Anggota
dewan beragam negara tergugah setelah mengunjungi proyek UNICEF di Indonesia
|
© UNICEF video
|
Para wakil Rakyat dari
International Parliamentary Union tengah mengunjungi Lembaga Perlindungan
Anak di Lombok.
|
Lombok, NTB, 15 may 2007 – Lebih dari
selusin anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) beragam negara yang tengah turut serta
dalam konperensi tingkat tinggi di Bali IPU (Inter-Parliamentary Union) meluangkan
waktu untuk mengunjungi beberapa proyek yang dibantu UNICEF di Lombok.
Tempat pertama yang dikunjungi adalah
sebuah posyandu di Lombok Barat dimana para ibu-ibu memperoleh informasi tentang
kesehatan dan gizi, serta dimana anak-anak balita mereka memperoleh pemeriksaan
kesehatan rutin.
“Kita harus memastikan bahwa setiap anak dapat
memperoleh pelayanan kesehatan gratis karena sudah sepatutnya mereka memulai hidup
dengan sehat,” ujar anggota DPR Australia, Kay Hull.
Melindungi generasi penerus
Setelah posyandu, para anggota dewan
juga mengunjungi sebuah polindes dimana bukan saja mereka bertemu dengan ibu-ibu
hamil yang tengah memperoleh pelayanan kesehatan, namun mereka juga bertemu langsung
dengan seorang ibu yang baru saja melahirkan dalam satu jam terakhir.
“Saya ingin memastikan bahwa semua hak anak perempuan
yang baru lahir ini terpenuhi, dan ini termasuk pelayanan kesehatan bagi semua anak-anak,”
ujar Tuti Loekman, anggota DPR Indonesia. “Salah satu yang perlu diperhatikan khusus
adalah sunat bagi anak perempuan, yang masih dilaksanakan dibeberapa tempat di negeri
ini. Praktek ini melanggar HAM dan orang tua perlu sadar akan hal tersebut.”
|
© UNICEF video
|
Anggota DPR Australia, Kay Hull,
menggendong bayi di sebuah posyandu di Lombok.
|
Para anggota dewan juga menyadari pentingnya
perlindungan khusus bagi anak-anak dan mereka turut pula mengunjungi Lembaga Perlindungan
Anak di Lombok dan berdiskusi langsung dengan anak-anak yang aktif terlibat dalam
lembaga tersebut.
Dukungan bagi korban kekerasan
“Fasilitas ini sangat berguna,” ujar anggota dewan
Jepang, Miho Takai. “Sangatlah menyenangkan untuk melihat anak-anak menyumbangkan
waktunya untuk berpartisipasi dalam lembaga ini agar mereka dapat mengekspresikan
diri mereka sendiri serta belajar mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi.
Saya akan membawa ide ini untuk dikembangkan di Jepang.”
LPA juga memberikan dukungan bagi korban
kekerasan. Sebagai contoh, para anggota kini tengah menangani proses tuntutan hukum
kepada seorang guru yang dilaporkan telah memperkosa anak perempuan berumur delapan
tahun. Para anggota dewan juga mengunjungi Polda NTB di Lombok dimana para korban
penganiayaan, kekerasan dan eksploitasi dibantu oleh polisi-polisi yang telah secara
khusus dilatih untuk menangani kasus-kasus seperti itu.
“Kita harus mengakui bahwa kekerasan dan eksploitasi
seksual adalah masalah besar,” ujar Sue Barnes, anggota DPR Kanada. “Kita juga harus
mengakui bahwa masalah tersebut sering tidak dapat diatasi oleh diri sendiri dan
adanya organisasi seperti UNICEF dapat membantu proses penyelesaian.”
Kelebihan sekolah yang bersahaja bagi
anak
Namun, hal penting yang harus dilaksanakan
agar anak-anak dapat melindungi dirinya dari penganiyayaan dan kekerasan adalah
melalui pengetahuan dan pemahaman terhadap isu-isu yang ada.
Pendekatan sekolah bersahaja bagi anak
yang dikembangkan oleh UNICEF diakui oleh para anggota dewan telah menghasilkan
dampak positif di Indonesia.
“Ini pendekatan yang impresif; jauh lebih baik
dari pembelajaran pasif. Proses ini sangatlah interaktif dan anak-anak di sekolah
ini menjadi pemeran utama dalam proses dan pembagian peran. Mereka memperoleh kesempatan
untuk bertanya dan bahkan melontarkan kritik,” ujar Syada Elharmy Griess, anggota
dewan Mesir.
Para anggota dewan mengatakan bahwa mereka
memperoleh inspirasi dari kunjungan ke Lombok tersebut. Salah satu dari mereka mengatakan
bahwa ia telah mendapatkan wawasan lebih sedangkan yang lain mengatakan bahwa undang-undang
perlindungan anak adalah hak yang sangat penting – untuk didukung dan diimplementasikan
diseluruh jajaran, terutama dikalangan komunitas masyarakat sendiri.
“Dengan menyaksikan pekerjaan UNICEF di lapangan,
para anggota dewan ini dapat melihat sendiri realita permasalahan perlindungan anak
yang ada,” ujar wakil direktur utama UNICEF, Toshiyuki Niwa. “Ini cara pendekatan
dan pemahaman yang baik bagi masyarakat dunia secara keseluruhan.”
Anggota
dewan beragam negara tergugah setelah mengunjungi proyek UNICEF di Indonesia
|
© UNICEF video
|
Para wakil Rakyat dari
International Parliamentary Union tengah mengunjungi Lembaga Perlindungan
Anak di Lombok.
|
Lombok, NTB, 15 may 2007 – Lebih dari
selusin anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) beragam negara yang tengah turut serta
dalam konperensi tingkat tinggi di Bali IPU (Inter-Parliamentary Union) meluangkan
waktu untuk mengunjungi beberapa proyek yang dibantu UNICEF di Lombok.
Tempat pertama yang dikunjungi adalah
sebuah posyandu di Lombok Barat dimana para ibu-ibu memperoleh informasi tentang
kesehatan dan gizi, serta dimana anak-anak balita mereka memperoleh pemeriksaan
kesehatan rutin.
“Kita harus memastikan bahwa setiap anak dapat
memperoleh pelayanan kesehatan gratis karena sudah sepatutnya mereka memulai hidup
dengan sehat,” ujar anggota DPR Australia, Kay Hull.
Melindungi generasi penerus
Setelah posyandu, para anggota dewan
juga mengunjungi sebuah polindes dimana bukan saja mereka bertemu dengan ibu-ibu
hamil yang tengah memperoleh pelayanan kesehatan, namun mereka juga bertemu langsung
dengan seorang ibu yang baru saja melahirkan dalam satu jam terakhir.
“Saya ingin memastikan bahwa semua hak anak perempuan
yang baru lahir ini terpenuhi, dan ini termasuk pelayanan kesehatan bagi semua anak-anak,”
ujar Tuti Loekman, anggota DPR Indonesia. “Salah satu yang perlu diperhatikan khusus
adalah sunat bagi anak perempuan, yang masih dilaksanakan dibeberapa tempat di negeri
ini. Praktek ini melanggar HAM dan orang tua perlu sadar akan hal tersebut.”
|
© UNICEF video
|
Anggota DPR Australia, Kay Hull,
menggendong bayi di sebuah posyandu di Lombok.
|
Para anggota dewan juga menyadari pentingnya
perlindungan khusus bagi anak-anak dan mereka turut pula mengunjungi Lembaga Perlindungan
Anak di Lombok dan berdiskusi langsung dengan anak-anak yang aktif terlibat dalam
lembaga tersebut.
Dukungan bagi korban kekerasan
“Fasilitas ini sangat berguna,” ujar anggota dewan
Jepang, Miho Takai. “Sangatlah menyenangkan untuk melihat anak-anak menyumbangkan
waktunya untuk berpartisipasi dalam lembaga ini agar mereka dapat mengekspresikan
diri mereka sendiri serta belajar mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi.
Saya akan membawa ide ini untuk dikembangkan di Jepang.”
LPA juga memberikan dukungan bagi korban
kekerasan. Sebagai contoh, para anggota kini tengah menangani proses tuntutan hukum
kepada seorang guru yang dilaporkan telah memperkosa anak perempuan berumur delapan
tahun. Para anggota dewan juga mengunjungi Polda NTB di Lombok dimana para korban
penganiayaan, kekerasan dan eksploitasi dibantu oleh polisi-polisi yang telah secara
khusus dilatih untuk menangani kasus-kasus seperti itu.
“Kita harus mengakui bahwa kekerasan dan eksploitasi
seksual adalah masalah besar,” ujar Sue Barnes, anggota DPR Kanada. “Kita juga harus
mengakui bahwa masalah tersebut sering tidak dapat diatasi oleh diri sendiri dan
adanya organisasi seperti UNICEF dapat membantu proses penyelesaian.”
Kelebihan sekolah yang bersahaja bagi
anak
Namun, hal penting yang harus dilaksanakan
agar anak-anak dapat melindungi dirinya dari penganiyayaan dan kekerasan adalah
melalui pengetahuan dan pemahaman terhadap isu-isu yang ada.
Pendekatan sekolah bersahaja bagi anak
yang dikembangkan oleh UNICEF diakui oleh para anggota dewan telah menghasilkan
dampak positif di Indonesia.
“Ini pendekatan yang impresif; jauh lebih baik
dari pembelajaran pasif. Proses ini sangatlah interaktif dan anak-anak di sekolah
ini menjadi pemeran utama dalam proses dan pembagian peran. Mereka memperoleh kesempatan
untuk bertanya dan bahkan melontarkan kritik,” ujar Syada Elharmy Griess, anggota
dewan Mesir.
Para anggota dewan mengatakan bahwa mereka
memperoleh inspirasi dari kunjungan ke Lombok tersebut. Salah satu dari mereka mengatakan
bahwa ia telah mendapatkan wawasan lebih sedangkan yang lain mengatakan bahwa undang-undang
perlindungan anak adalah hak yang sangat penting – untuk didukung dan diimplementasikan
diseluruh jajaran, terutama dikalangan komunitas masyarakat sendiri.
“Dengan menyaksikan pekerjaan UNICEF di lapangan,
para anggota dewan ini dapat melihat sendiri realita permasalahan perlindungan anak
yang ada,” ujar wakil direktur utama UNICEF, Toshiyuki Niwa. “Ini cara pendekatan
dan pemahaman yang baik bagi masyarakat dunia secara keseluruhan.”
Sejarah
Singkat UNICEF di Indonesia
|
© UNICEF/IDSA/history 01/archive
|
UNICEF membantu Indonesia pertama
kali pada 1948. Saat itu terjadi situasi darurat yang memerlukan penanganan
cepat akibat kekeringan hebat di Lombok. Kerjasama resmi antara UNICEF dan
pemerintah Indonesia dijalin pertama kali pada 1950.
Sejak awal masa kemerdekaan, UNICEF
tetap dianggap mitra Indonesia yang berkomitmen untuk memperbaiki hidup
anak-anak dan wanita di seluruh nusantara. Prioritas awal UNICEF adalah
memberikan pelayanan dan persediaan yang sangat diperlukan untuk memperbaiki
kesehatan anak Indonesia dan keluarganya.
Pada awal 1960an, UNICEF berkembang
menjadi organisasi pembangunan yang lebih terkonsentrasi pada kesejahteraan
anak daripada sekedar bantuan kemanusiaan. Pada 1962, UNICEF melaksanakan
program gizi di 100 desa dari delapan propinsi.
|
© UNICEF/IDSA/history 02/archive
|
Pada November 1966, Menteri Luar
Negeri Adam Malik menandatangani perjanjian kerjasama UNICEF dan pemerintah
Indonesia sesudah Indonesia bergabung dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Awalnya fokus kerjasama menitikbertakan kelangsungan hidup anak-anak. Baru
kemudian fokus berkembang pada masalah-masalah lain yang menguntungkan kedua
belah pihak.
Selama 50 tahun, UNICEF memainkan
peranan penting dalam membantu pemerintah memajukan hidup anak-anak dan wanita.
Sekarang UNICEF berkarya di 12 kantor wilayah untuk membantu melaksanakan
program di 15 propinsi yang mencakup lebih dari 20 juta orang Indonesia.
Bersama dengan mitra-mitranya UNICEF
berhasil membantu mengembangkan dan melobi adopsi Undang-undang Perlindungan
Anak 2002. Undang-undang ini akan menjadi landasan hukum bagi
perlindungan hak anak.
Indonesia dan UNICEF menandatangani
perjanjian kerjasama baru untuk Rencana Pembangunan Lima Tahun 2006-2010 yang
terfokus pada enam program: Pendidikan, Kesehatan, Air dan Sanitasi, Memerangi
HIV dan AIDs, Perlindungan Anak dan Keadaan Darurat. Kerjasama untuk tahun 2010
ditandatangi pada tanggal 12 Januari 2010.
Penghargaan Unicef
Ribuan
penulis remaja Indonesia sampaikan gagasan tentang lingkungan hidup: Dua
anak Indonesia raih “Penghargaan UNICEF untuk Penulis Muda Indonesia 2008”
Jakarta.YKA.Net. Dua pelajar hari ini di hotel Gran
Melia, Jakarta menerima “Penghargaan UNICEF untuk Penulis Muda Indonesia 2008”.
Kedua pelajar tersebut adalah Nurul Khusnul Khotimah (15 tahun), pelajar SMP
dari Nusa Tenggara Barat dan Alfinda Agyputry (16 tahun), pelajar SMA dari
Jakarta.
1.817
anak berusia dibawah 18 tahun dari 32 propinsi di Indonesia mengikuti lomba
menulis nasional yang bertema “Anak dan lingkungan hidup”. Lomba menulis
esai ini diselenggarakan setiap tahun oleh UNICEF bekerjasama dengan
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) sejak tahun 2004. Dalam esainya,
para penulis muda menyuarakan gagasan, impian, kritik dan harapan mereka
tentang masalah lingkungan hidup di Indonesia.
“Pandangan para penulis muda ini membantu sesama anak
dan orang dewasa memahami permasalahan lingkungan dari sudut pandang anak,”
ujar Dr. Gianfranco Rotigliano, Kepala Perwakilan UNICEF di Indonesia.
“Indonesia berada di kedua sisi yang menyelimuti masalah pemanasan global;
yaitu sebagai penyumbang sekaligus pihak yang dirugikan.
Debat tentang sumbangan Indonesia terhadap pemanasan
global sering dikaitkan dengan cepatnya laju penggundulan hutan dan maraknya
kebakaran hutan, yang sering mengaburkan sisi lain dari kejadian ini; yaitu
jutaan kaum miskin Indonesia yang beresiko terampas haknya atas layanan
kesehatan, ketahanan pangan, dan akses terhadap air bersih..”
Kedua penerima Penghargaan ini mendapat piagam dari
UNICEF dan YKAI, tabungan masing-masing sebesar Rp 5.000.000 dari Bank Niaga,
LCD monitor dari LG Electronics, dan bingkisan dari TV Anak Space Toon.
Esai kedua penerima Penghargaan dan 18 esai pilihan yang ditulis oleh anak dan
remaja dari berbagai propinsi di Indonesia selanjutnya akan dibukukan. 18
penulis muda ini juga akan mendapat piagam penghargaan serta hadiah dari para
sponsor. Manajemen Bank Niaga, Hotel Gran Melia, LG Electronics, TV Anak Space
Toon, dan TV Edukasi mendukung penganugerahan penghargaan tahunan ini
sebagai pengakuan penting terhadap aspirasi dan partisipasi anak.
Nurul Khusnul Khotimah, siswi SMPN 1 Bolo, NTB
lewat tulisannya "Mengenal, Mencintai dan Melestarikan Lingkungan Hidup”
menguraikan pengamatannya terhadap lingkungan di desanya. “Tiga tahun terakhir
ini para petani pada musim tanam ketiga kekurangan air. Hal ini tidak pernah
terjadi sebelumnya. Demikian pula pada akhir Maret 2008 yang lalu, terjadi
banjir besar di desaku. Menurut nenek Aminah yang berusia lebih dari 80 tahun,
ini juga tidak pernah terjadi sebelumnya. Mungkinkah ini karena banyak pohon
yang ditebang?”
Sementara itu, Alfinda Agyputry, siswi SMA Dian
Harapan, Jakarta dalam tulisannya "Milikku Bukan Milikku?"
mempertanyakan “Akankah menjadi penyesalan nantinya jika kita kehilangan bumi
tempat kita berpijak karena sikap egois yang hanya menghargai sesuatu yang
menjadi milik kita pribadi, dan tidak peduli dengan apa yang menjadi milik
bersama?”
Ketua Umum YKAI, Prof. Lily I. Rilantono merasa
berbesar hati bahwa keinginan, motivasi untuk berkembang, belajar dan mencapai
kemajuan bagi diri sendiri maupun masyarakat ada pada para penulis remaja, yang
mudah-mudahan dalam lima – sepuluh tahun kedepan dapat berperan positif dalam
membangun masa depan masyarakat dan bangsa.
UNICEF berharap untuk memberikan Penghargaan ini setiap
tahun sebagai upaya mendukung partisipasi anak.
No comments:
Post a Comment